Pesta KeRa - Cinta Ahisla (Part 5)
by: Andri Erpe
...Ahidi sedikitpun tidak bermaksud menyinggung perasaan sang monyet, justru sebaliknya… pada makhluk Allah yang satu ini Ahidi berdecak kagum. Why? Karena sang monyet menjalani hidup sesuai dengan fitrahnya…
Sang monyet sebagai perwakilan dari para binantang bukanlah makhluk hina di hadapan Penciptanya… Allah menciptakan monyet untuk kemudian diungkap dalam firman-Nya menjadi gambaran kehinaan manusia-manusia terkutuk yang telah menyimpang dari jalan-Nya…
Sepanjang petunjuk Sang pencipta, monyet-monyet beneran memang bukan diciptakan untuk mengemban jenis tugas seperti manusia, justru mereka adalah bagian alam yang akan setia melayani manusia dalam menjalankan tugasnya.
Ahidi teringat sebuah pesan ketika sang guru mengajarkan apa artinya makhluq..
- Makhluq adalah segala sesuatu yang diciptakan..
- Ruang… adalah makhluq yang diciptakan
- Waktu… adalah makhluq yang diciptakan
- Materi… adalah makhluq yang diciptakan
- Bahkan seluruh ‘kata keterangan’ sebagai sifat yang menempel pada materi itu pun adalah makhluq yang diciptakan..
Ketika semua komponen itu bersatu, maka orang pintar mengatakan bahwa ia adalah Energi. Sifat energi adalah bergerak, setiap gerak menunjukkan perubahan, setiap perubahan berarti baru, setiap yang baru pastilah ada awalnya, semua yang berawal muncul dari ketiadaan, ia ada karena alasan diciptakan, segala yang tiada tak pernah ada dengan sendirinya, ia tidak memohon untuk diadakan, hingga semua yang ada merupakan kepastian dari kuasa dan kehendak Sang Pencipta. Dia lah Allah SWT yang terus-menerus menciptakan bukan atas kesia-siaan, tapi dengan maksud dan tujuan yang jelas.. agar semua makhluq menjalankan PENGABDIAN kepada-Nya.
Kesadaran akan asal usul ketiadaan itulah yang membuat Ahidi selau bertanya-tanya, ”Mengapa aku hidup? Bukankah aku tak pernah memintanya?” Dalam perjalanannya... pertanyaan itu terus menerus ia ulang hingga tak terasa tiba lah Ahidi di sebuah hutan belantara, lau ia pun berhenti… menarik nafas… dan berteriak…
“YANG AKU TAU... SAAT INI… AKU… AHIDI… DI TEMPAT AKU BERADA, BERDIRI... MENGHADAPI KENYATAAN HIDUP… MEMBAWA SPIRIT UNTUK BERJALAN MENEMUI SANG PEMBERI HIDUP…”
Seketika itu pula, kerajaan kera berguncang gembira, riak dedaunan ikut bergoyang mengimbangi riang tawa dan jingkrak monyet-monyet yang bergelayun di rating-ranting pohon... angin pun berhembus halus seolah melambaikan untaian kata-kata indah dengan janji dan harapan untuk setia menemani, titik-titik embun menetes seolah menahan tangis haru atas kehadiran seorang hamba yang menyadari secuil arti hidup ini…
Sang monyet sebagai perwakilan dari para binantang bukanlah makhluk hina di hadapan Penciptanya… Allah menciptakan monyet untuk kemudian diungkap dalam firman-Nya menjadi gambaran kehinaan manusia-manusia terkutuk yang telah menyimpang dari jalan-Nya…
Sepanjang petunjuk Sang pencipta, monyet-monyet beneran memang bukan diciptakan untuk mengemban jenis tugas seperti manusia, justru mereka adalah bagian alam yang akan setia melayani manusia dalam menjalankan tugasnya.
Ahidi teringat sebuah pesan ketika sang guru mengajarkan apa artinya makhluq..
- Makhluq adalah segala sesuatu yang diciptakan..
- Ruang… adalah makhluq yang diciptakan
- Waktu… adalah makhluq yang diciptakan
- Materi… adalah makhluq yang diciptakan
- Bahkan seluruh ‘kata keterangan’ sebagai sifat yang menempel pada materi itu pun adalah makhluq yang diciptakan..
Ketika semua komponen itu bersatu, maka orang pintar mengatakan bahwa ia adalah Energi. Sifat energi adalah bergerak, setiap gerak menunjukkan perubahan, setiap perubahan berarti baru, setiap yang baru pastilah ada awalnya, semua yang berawal muncul dari ketiadaan, ia ada karena alasan diciptakan, segala yang tiada tak pernah ada dengan sendirinya, ia tidak memohon untuk diadakan, hingga semua yang ada merupakan kepastian dari kuasa dan kehendak Sang Pencipta. Dia lah Allah SWT yang terus-menerus menciptakan bukan atas kesia-siaan, tapi dengan maksud dan tujuan yang jelas.. agar semua makhluq menjalankan PENGABDIAN kepada-Nya.
Kesadaran akan asal usul ketiadaan itulah yang membuat Ahidi selau bertanya-tanya, ”Mengapa aku hidup? Bukankah aku tak pernah memintanya?” Dalam perjalanannya... pertanyaan itu terus menerus ia ulang hingga tak terasa tiba lah Ahidi di sebuah hutan belantara, lau ia pun berhenti… menarik nafas… dan berteriak…
“YANG AKU TAU... SAAT INI… AKU… AHIDI… DI TEMPAT AKU BERADA, BERDIRI... MENGHADAPI KENYATAAN HIDUP… MEMBAWA SPIRIT UNTUK BERJALAN MENEMUI SANG PEMBERI HIDUP…”
Seketika itu pula, kerajaan kera berguncang gembira, riak dedaunan ikut bergoyang mengimbangi riang tawa dan jingkrak monyet-monyet yang bergelayun di rating-ranting pohon... angin pun berhembus halus seolah melambaikan untaian kata-kata indah dengan janji dan harapan untuk setia menemani, titik-titik embun menetes seolah menahan tangis haru atas kehadiran seorang hamba yang menyadari secuil arti hidup ini…
Di waktu yang sama, di Kerajaan Intelek… monyet-monyet berdasi tengah bersorak gembira pula, menyambut kedatangan sebuah pesta besar, bukan pesta dansa dan bukan pula pesta perkawinan, tapi pesta raksasa, ya.. pesta rakyat kera…
Oooo... rupanya pesta rakyat adalah pesta para pemimpin, pesta kejayaan manusia setengah dewa. Pestanya calon-calon tuhan yang berebut tahta di kancah kedaulatan rakyat… Pesta kompetisi pelipur ambisi para politisi untuk menentukan arah kehidupan di luar batas-batas ketetapan Sang Pemilik Hidup, sabotase atas hukum-hukum Sang Pencipta…
Ketika Ahidi diminta pendapat tentang pesta KERA, Ahidi berkata,”KEdaulatan RAkyat bukanlah pestaku… Pestaku adalah ketika aku berputar, bergerak dengan cepat, melingkari Pusat Orbit, berthawaf dan terus mendekat… merapat… dan terus melekat, terikat kuat... tersimpul kukuh dalam ketunduk patuhan kepada Dzat Sang Pemilik Kedaulatan Tertinggi dan Mutlak, ALLAH SWT.. tiada hak kedaulatan bagi yang lain, meskipun sebesar 'quark'...!"
to be continued...Ketika Ahidi diminta pendapat tentang pesta KERA, Ahidi berkata,”KEdaulatan RAkyat bukanlah pestaku… Pestaku adalah ketika aku berputar, bergerak dengan cepat, melingkari Pusat Orbit, berthawaf dan terus mendekat… merapat… dan terus melekat, terikat kuat... tersimpul kukuh dalam ketunduk patuhan kepada Dzat Sang Pemilik Kedaulatan Tertinggi dan Mutlak, ALLAH SWT.. tiada hak kedaulatan bagi yang lain, meskipun sebesar 'quark'...!"













0 komentar:
Posting Komentar