Kerajaan Cinta - Cinta Ahisla (Part 6)
by: Andri Erpe
Perjalanan Ahidi sampai di suatu tempat yang hampir tak terdefinisikan… ia berhenti sejenak, merebahkan tubuhnya dan merenung…
Sebuah tempat yang teduh, penuh bunga, dahan, ranting dan dedauan… wangi semerbak mengitari luasnya hamparan rumput-rumput kecil yang turut bergoyang diterpa riuhnya angin… gemericik air menghiasi aliran sungai tiada henti menambah suasana gairah kesejukan alam pegunungan… Kupu-kupu terlihat mengepak sayap, menampilkan keelokan warna-warni tubuhnya yang mungil… Matahari pun meyingsing terbit menggantikan remang-remang kegelapan di pagi hari…
Di awan..., tampak burung-burung pun terbang bebas mengitari angkasa raya, tak ada yang mampu menahannya kecuali Ar-Rahmaan, Sang Pemilik Kasih dan Sayang yang megajarkan manusia untuk terbang mengarungi dirgantara kehidupan di alam kosmos. Bentangan luasnya makrokosmos dan kedalaman mikrokosmos yang tercatat sepanjang umur sejarah, akan membuat bumi kekeringan samudera ketika airnya dijadikan tinta bagi pena-pena yang dipahat dari seluruh persediaan pohon-pohon yang ada. Bahkan, ketika ditambahkan sejumlah itu pula, masihlah tak cukup banyak untuk dapat mengukir catatan tentang keindahan dan hikmah penciptaan alam semesta ini, tak sampai kuasa menuliskan hakikat kehidupan kecuali untaian harmoni dari firman-firman-Nya sebagai penjelasan suci atas arti hidup dan kehidupan ini.
Bagi orang-orang yang pernah berkunjung ke tempat ini, rasanya sulit untuk mau kembali ke kota yang penuh problematika kehidupan. Di tempat ini, semuanya serba gratis.. udara, air minum, sayur-mayur, buah-buahan dan apa saja yang tumbuh di atas tanah tidak perlu ditukar dengan uang … lain halnya dengan kehidupan di kota, semuanya serba komersil.. Apalagi di era globalisasi saat ini, hampir ga ada yang gratisan; udara, air, tanah dan segala isinya adalah komoditi yang dibutuhkan pasar.. Pantas saja di negeri tempat Ahidi tinggal, orang-orang berebut menjadi penguasa.. Karena status quo secara otomatis mengklaim bahwa mereka adalah sosok penguasa bumi yang berhak mengeksploitasi dan menggunakannya untuk kepentingan sendiri meskipun dengan dalih kemakmuran yang adil dan merata… Sekali jadi penguasa, hartapun takkan habis sampai 17 turunan…
Sebetulnya menurut hitungan seorang ahli yang pernah meraih gelar juara olimpiade matematika sedunia… Seandainya dihitung perbandingan antara sumber daya alam yang ada di negeri itu dengan jumlah penduduk yang ada, sangatlah lebih dari cukup untuk memakmurkan dan mensejahterakan semua orang yang hidup di atas tanahnya tanpa perlu adanya program pembunuhan janin atau penundaan jatah hidup calon manusia… tapi dalam kenyataannya, Ahidi masih banyak melihat orang-orang kelaparan yang makan cukup tiga hari sekali berkeliaran di sekitar rumah sakit yang dipenuhi oleh orang-orang sekarat gara-gara kelebihan makanan enak, penyakit orang elit akibat tiga kali sehari makan ga pake aturan.
Banyak pula orang-orang yang berteduh permanen di bawah jembatan-jembatan layang yang menurut mahasiswa teknik sipil,” Jembatan ini cepat lambat bisa roboh gara-gara anggaran pembangunan hanya 20% saja yang jadi konstruksi fisiknya, selebihnya 80% anggaran masuk ke kantong pribadi untuk alokasi pembangunan rumah sendiri, wow.. cukup spektakuler!!!” Akhirnya… di sekitar jembatan reyod itu, berdirilah rumah-rumah super mewah yang harganya selangit dan ga mungkin bisa dibeli dari gaji seorang pegawai negeri meskipun ia menabung 30 tahun lamanya. Suatu saat… seorang gelandangan yang sedang tertidur dan bermimpi tinggal di sebuah istana, mati gara-gara ditimpa jembatan ambruk. Maka, pejabat setempat pun datang turut berduka cita sekaligus malu akan kegagalan pembangunan.
Seminggu kemudian dibentuklah Pasukan Pemburu Koruptor yang kerjanya melacak koruptor-koruptor kecil yang baru magang tapi menjadi saingan perebutan lahan proyek basah mereka.. Keberhasilan Pasukan ini membuahkan acungan jempol dari Sang pejabat, karena medan persaingan para koruptor semakin kecil, sehingga peluang korupsi bagi mereka bisa lebih banyak lagi… hahaha DASAR!
Sebuah tempat yang teduh, penuh bunga, dahan, ranting dan dedauan… wangi semerbak mengitari luasnya hamparan rumput-rumput kecil yang turut bergoyang diterpa riuhnya angin… gemericik air menghiasi aliran sungai tiada henti menambah suasana gairah kesejukan alam pegunungan… Kupu-kupu terlihat mengepak sayap, menampilkan keelokan warna-warni tubuhnya yang mungil… Matahari pun meyingsing terbit menggantikan remang-remang kegelapan di pagi hari…
Di awan..., tampak burung-burung pun terbang bebas mengitari angkasa raya, tak ada yang mampu menahannya kecuali Ar-Rahmaan, Sang Pemilik Kasih dan Sayang yang megajarkan manusia untuk terbang mengarungi dirgantara kehidupan di alam kosmos. Bentangan luasnya makrokosmos dan kedalaman mikrokosmos yang tercatat sepanjang umur sejarah, akan membuat bumi kekeringan samudera ketika airnya dijadikan tinta bagi pena-pena yang dipahat dari seluruh persediaan pohon-pohon yang ada. Bahkan, ketika ditambahkan sejumlah itu pula, masihlah tak cukup banyak untuk dapat mengukir catatan tentang keindahan dan hikmah penciptaan alam semesta ini, tak sampai kuasa menuliskan hakikat kehidupan kecuali untaian harmoni dari firman-firman-Nya sebagai penjelasan suci atas arti hidup dan kehidupan ini.
Bagi orang-orang yang pernah berkunjung ke tempat ini, rasanya sulit untuk mau kembali ke kota yang penuh problematika kehidupan. Di tempat ini, semuanya serba gratis.. udara, air minum, sayur-mayur, buah-buahan dan apa saja yang tumbuh di atas tanah tidak perlu ditukar dengan uang … lain halnya dengan kehidupan di kota, semuanya serba komersil.. Apalagi di era globalisasi saat ini, hampir ga ada yang gratisan; udara, air, tanah dan segala isinya adalah komoditi yang dibutuhkan pasar.. Pantas saja di negeri tempat Ahidi tinggal, orang-orang berebut menjadi penguasa.. Karena status quo secara otomatis mengklaim bahwa mereka adalah sosok penguasa bumi yang berhak mengeksploitasi dan menggunakannya untuk kepentingan sendiri meskipun dengan dalih kemakmuran yang adil dan merata… Sekali jadi penguasa, hartapun takkan habis sampai 17 turunan…
Sebetulnya menurut hitungan seorang ahli yang pernah meraih gelar juara olimpiade matematika sedunia… Seandainya dihitung perbandingan antara sumber daya alam yang ada di negeri itu dengan jumlah penduduk yang ada, sangatlah lebih dari cukup untuk memakmurkan dan mensejahterakan semua orang yang hidup di atas tanahnya tanpa perlu adanya program pembunuhan janin atau penundaan jatah hidup calon manusia… tapi dalam kenyataannya, Ahidi masih banyak melihat orang-orang kelaparan yang makan cukup tiga hari sekali berkeliaran di sekitar rumah sakit yang dipenuhi oleh orang-orang sekarat gara-gara kelebihan makanan enak, penyakit orang elit akibat tiga kali sehari makan ga pake aturan.
Banyak pula orang-orang yang berteduh permanen di bawah jembatan-jembatan layang yang menurut mahasiswa teknik sipil,” Jembatan ini cepat lambat bisa roboh gara-gara anggaran pembangunan hanya 20% saja yang jadi konstruksi fisiknya, selebihnya 80% anggaran masuk ke kantong pribadi untuk alokasi pembangunan rumah sendiri, wow.. cukup spektakuler!!!” Akhirnya… di sekitar jembatan reyod itu, berdirilah rumah-rumah super mewah yang harganya selangit dan ga mungkin bisa dibeli dari gaji seorang pegawai negeri meskipun ia menabung 30 tahun lamanya. Suatu saat… seorang gelandangan yang sedang tertidur dan bermimpi tinggal di sebuah istana, mati gara-gara ditimpa jembatan ambruk. Maka, pejabat setempat pun datang turut berduka cita sekaligus malu akan kegagalan pembangunan.
Seminggu kemudian dibentuklah Pasukan Pemburu Koruptor yang kerjanya melacak koruptor-koruptor kecil yang baru magang tapi menjadi saingan perebutan lahan proyek basah mereka.. Keberhasilan Pasukan ini membuahkan acungan jempol dari Sang pejabat, karena medan persaingan para koruptor semakin kecil, sehingga peluang korupsi bagi mereka bisa lebih banyak lagi… hahaha DASAR!
Di tengah kota, Ahidi pun masih banyak menemukan orang-orang yang hilir mudik dengan menggunakan kendaraan mewah yang harganya hampir sebanding dengan biaya kampanye untuk jadi anggota dewan, di sisi lain harga kebutuhan pokok semakin meningkat gara-gara harga minuman mobil-mobil itu melambung tinggi… rakyat kecil hanya bisa berteriak,”TURUNKAN HARGA!”.. Serta merta para caleg pun mencanangkan program rekayasa politik dengan cara meraih wong cilik, mendadak dangdut.. eh mendadak baik, seolah-olah tulus membuai mereka dengan harapan akan keadilan dan kesejahteraan hanya dengan satu syarat yang mudah saja, “TUSUKLAH AKU..” Sebagian masyarakat yang terbuai dengan hasutan politik itu berharap cemas dan berdo’a,”Semoga tanpa perlu mengeluarkan keringat dan darah, cuman dengan satu tusukan ini, akan terjadi perubahan...” Sebagian rakyat yang melek akan tipu daya politik akhirnya dengan geram hanya mampu menusuk-nusuk gambar sang caleg dengan penuh emosi dan merintih sedih seraya berkata,” Ya Allah, keluarkanlah aku dari negeri yang dhalim penduduknya… “
Mendengar kata-kata itu Ahidi tersentak, darahnya seolah berhenti mengalir… Batinnya berkata,”Mereka takkan pernah keluar dari kedhaliman kecuali lahir di antara mereka aktor-aktor pendobrak perubahan… Akulah yang akan membebaskan mereka..!!!”
Baru saja Ahidi beristirahat, lalu ia pun terbangun dari renungan atas kejadian-kejadian di kotanya karena terdengar suara dentuman yang sangat keras…”DUAAARRRRR”… Ahidi pun terperanjat dan segera bersembunyi di balik pepohonan.. “Ya Allah apa yang terjadi di tempat ini… “ Lalu Ahidi berlari mencari tempat yang lebih aman. Akhirnya ia menemukan sebuah mulut Gua yang di depannya tertancap sebuah papan yang bertuliskan dengan jelas. Sambil terengah-engah, Ahidi membaca apa yang tertera di papan itu,
” TEMPAT SIMULASI TEMPUR…
Tertanda : Kerajaan Cinta…..”
to be continued...Mendengar kata-kata itu Ahidi tersentak, darahnya seolah berhenti mengalir… Batinnya berkata,”Mereka takkan pernah keluar dari kedhaliman kecuali lahir di antara mereka aktor-aktor pendobrak perubahan… Akulah yang akan membebaskan mereka..!!!”
Baru saja Ahidi beristirahat, lalu ia pun terbangun dari renungan atas kejadian-kejadian di kotanya karena terdengar suara dentuman yang sangat keras…”DUAAARRRRR”… Ahidi pun terperanjat dan segera bersembunyi di balik pepohonan.. “Ya Allah apa yang terjadi di tempat ini… “ Lalu Ahidi berlari mencari tempat yang lebih aman. Akhirnya ia menemukan sebuah mulut Gua yang di depannya tertancap sebuah papan yang bertuliskan dengan jelas. Sambil terengah-engah, Ahidi membaca apa yang tertera di papan itu,
” TEMPAT SIMULASI TEMPUR…
Tertanda : Kerajaan Cinta…..”