Para Tirani - Cinta Ahisla (Part 4)
by: Andri Erpe
Kembali pada peristiwa setahun yang lalu...
Ahidi menarik nafas panjang, rupanya perjalanan selama ini cukup berat dan melelahkan. Seluruh waktu hidupnya habis untuk mengejar sebuah ambisi, meraih cita-cita... mengharapkan sebuah perubahan. Ya! perubahan..!!!
Kebosanan Ahidi akan tingkah para Tirani, menumbuhkan karakter kebencian yang membabi buta. Bagaimana Ahidi tak muak, di negeri tempat ia hidup penuh dengan kebohongan para elite, terjadi eksploitasi manusia atas manusia yang lain, ketidakadilan, penindasan, pembodohan masyarakat, penipuan... dan segudang upaya para pembesar untuk tetap besar, asa para penguasa untuk tetap eksis mempertahankan kedaulatan, menghalalkan segala cara...
Kemuakkan Ahidi lebih menjadi-jadi ketika ia menganalisa bahwa jantung perekonomian di negerinya dikendalikan oleh konglomerat penjilat pantat pejabat, para pencetus program rakyat melarat, hingga Dokter hewan berkata,”... di negeri ini memang banyak berkeliaran binatang pengerat alias tikus dengan prosentase kenaikan populasinya yang terus meningkat setiap tahunnya...”
Tokoh politik di negeri itu pun ikut-ikutan gerah seraya berkata,” Saat ini telah terjadi penjajahan para Tirani, rakyat hanyalah menjadi nama yang dikemas halus bagi sebuah kenyataan budak-budak yang telah direnggut hak kemerdekaannya..” Baru saja Ahidi mendengar ucapan itu di televisi kemarin, hari ini ditemukan kabar bahwa sang politikus mengalami kecelakaan parah, mobilnya masuk ke jurang.. dan MELEDAK...Aneh!
Kemudian para ahli medis diterjunkan untuk menganalisa kasus kecelakaan ini.. Munculah sebuah pendapat kontroversial mengenai upaya-upaya konspirasi para penguasa sebagai dalang yang harus bertanggungjawab atas peristiwa ini, maklumlah.. statemen sang politikus menyinggung perasaan sang Raja.. Esoknya, setelah gosip ini ramai di kalangan para dokter, Sang dokter ahli pun dicabut izin prakteknya, ia dituntut telah melanggar kode etik kedokteran.. ADA-ADA SAJA...
Seminggu yang lalu, para mahasiswa penyelenggara even organizer sebuah seminar mengalami kasus serupa, mereka menerima voucher menginap gratis di kantor polisi gara-gara tema yang diangkat dalam seminarnya banyak menyindir ketidakadilan para Tirani. Sepulang dari hotel berpintu besi, mahasiswa-mahasiswa itu di sidang langsung oleh rektornya... Sehari sebelum sidang itu, rupanya sang rektor telah DITEROR orang misterius dengan membawa senjata yang cukup mudah dikenali bahwa mereka adalah aparat. Alhasil, di ujung sidang, para EO pun dipecat dari satus kemahasiswaannya, akhirnya... mereka mengisi kemerdekaan di negeri itu dengan mempertinggi prosentase pengangguran, kemiskinan dan kejahatan.. Hanya itulah yang bisa mereka sumbangkan sebagai wujud dari penghormatannya kepada pahlawan-pahlawan pencetus kemerdekaan dahulu... Jargon mereka,”rakyat adil makmurnya kapan?”
Belum lagi cerita teman-teman sindikat,”... Jaringan narkoba di negeri ini sulit terbongkar, karena dalang-dalangnya adalah orang-orang berseragam yang berlambang bintang...” Isu itu semerbak seiring dengan ramainya penangkapan para pengedar recehan, sekedar kambing hitam kejahatan moral... Ramai pula kisah dari ‘bidadari penjual daging mentah’... yang menurut mereka, kebanyakan pelanggannya adalah wakil-wakil rakyat yang memanfaatkan fasilitas perjalanan dinas di hotel-hotel berbitang.. Seperti biasa, akhirnya sang biang gosip pun kandas di jeruji besi dengan makanan kegelapan dan minuman keterasingan.
Ahidi menarik nafas panjang, rupanya perjalanan selama ini cukup berat dan melelahkan. Seluruh waktu hidupnya habis untuk mengejar sebuah ambisi, meraih cita-cita... mengharapkan sebuah perubahan. Ya! perubahan..!!!
Kebosanan Ahidi akan tingkah para Tirani, menumbuhkan karakter kebencian yang membabi buta. Bagaimana Ahidi tak muak, di negeri tempat ia hidup penuh dengan kebohongan para elite, terjadi eksploitasi manusia atas manusia yang lain, ketidakadilan, penindasan, pembodohan masyarakat, penipuan... dan segudang upaya para pembesar untuk tetap besar, asa para penguasa untuk tetap eksis mempertahankan kedaulatan, menghalalkan segala cara...
Kemuakkan Ahidi lebih menjadi-jadi ketika ia menganalisa bahwa jantung perekonomian di negerinya dikendalikan oleh konglomerat penjilat pantat pejabat, para pencetus program rakyat melarat, hingga Dokter hewan berkata,”... di negeri ini memang banyak berkeliaran binatang pengerat alias tikus dengan prosentase kenaikan populasinya yang terus meningkat setiap tahunnya...”
Tokoh politik di negeri itu pun ikut-ikutan gerah seraya berkata,” Saat ini telah terjadi penjajahan para Tirani, rakyat hanyalah menjadi nama yang dikemas halus bagi sebuah kenyataan budak-budak yang telah direnggut hak kemerdekaannya..” Baru saja Ahidi mendengar ucapan itu di televisi kemarin, hari ini ditemukan kabar bahwa sang politikus mengalami kecelakaan parah, mobilnya masuk ke jurang.. dan MELEDAK...Aneh!
Kemudian para ahli medis diterjunkan untuk menganalisa kasus kecelakaan ini.. Munculah sebuah pendapat kontroversial mengenai upaya-upaya konspirasi para penguasa sebagai dalang yang harus bertanggungjawab atas peristiwa ini, maklumlah.. statemen sang politikus menyinggung perasaan sang Raja.. Esoknya, setelah gosip ini ramai di kalangan para dokter, Sang dokter ahli pun dicabut izin prakteknya, ia dituntut telah melanggar kode etik kedokteran.. ADA-ADA SAJA...
Seminggu yang lalu, para mahasiswa penyelenggara even organizer sebuah seminar mengalami kasus serupa, mereka menerima voucher menginap gratis di kantor polisi gara-gara tema yang diangkat dalam seminarnya banyak menyindir ketidakadilan para Tirani. Sepulang dari hotel berpintu besi, mahasiswa-mahasiswa itu di sidang langsung oleh rektornya... Sehari sebelum sidang itu, rupanya sang rektor telah DITEROR orang misterius dengan membawa senjata yang cukup mudah dikenali bahwa mereka adalah aparat. Alhasil, di ujung sidang, para EO pun dipecat dari satus kemahasiswaannya, akhirnya... mereka mengisi kemerdekaan di negeri itu dengan mempertinggi prosentase pengangguran, kemiskinan dan kejahatan.. Hanya itulah yang bisa mereka sumbangkan sebagai wujud dari penghormatannya kepada pahlawan-pahlawan pencetus kemerdekaan dahulu... Jargon mereka,”rakyat adil makmurnya kapan?”
Belum lagi cerita teman-teman sindikat,”... Jaringan narkoba di negeri ini sulit terbongkar, karena dalang-dalangnya adalah orang-orang berseragam yang berlambang bintang...” Isu itu semerbak seiring dengan ramainya penangkapan para pengedar recehan, sekedar kambing hitam kejahatan moral... Ramai pula kisah dari ‘bidadari penjual daging mentah’... yang menurut mereka, kebanyakan pelanggannya adalah wakil-wakil rakyat yang memanfaatkan fasilitas perjalanan dinas di hotel-hotel berbitang.. Seperti biasa, akhirnya sang biang gosip pun kandas di jeruji besi dengan makanan kegelapan dan minuman keterasingan.
Peristiwa seperti itu sudah sering terjadi dan menjadi rahasia umum di negeri tempat Ahidi tinggal... barangkali kenyataan ini memang sengaja diciptakan bukan sebagai rahasia, tapi.. agar orang-orang yang berani melawan Tirani menjadi jera.. bahkan dengan peristiwa itu, sang Raja pun menunjukkan Taringnya.. Cuman monyet-monyet kecil dan pengecut sajalah yang segera bubar hanya karena melihat dua buah Taring Harimau yang belum tentu menggigitnya..
Ahidi sempat berfikir,” Apakah rakyat negeri ini cuman kumpulan monyet pencari pisang yang kerjanya hanya berebut makanan dan berburu perempuan alias si monyet betina kembang desa, eh maaf.. si kembang hutan...???
Ahidi... Ga mau jadi monyet jantan!!!, bukan karena calon istrinya pasti monyet betina... Tapi karena Ahidi menyadari bahwa dirinya adalah manusia yang diciptakan untuk MULIA...
Tapi sayang... kebencian Ahidi yang membabi buta, membuat dirinya kehilangan CINTA...
Ahidi sempat berfikir,” Apakah rakyat negeri ini cuman kumpulan monyet pencari pisang yang kerjanya hanya berebut makanan dan berburu perempuan alias si monyet betina kembang desa, eh maaf.. si kembang hutan...???
Ahidi... Ga mau jadi monyet jantan!!!, bukan karena calon istrinya pasti monyet betina... Tapi karena Ahidi menyadari bahwa dirinya adalah manusia yang diciptakan untuk MULIA...
Tapi sayang... kebencian Ahidi yang membabi buta, membuat dirinya kehilangan CINTA...
to be continued...














0 komentar:
Posting Komentar